All Blogger Trick

Pembinaan Tunanetra Harus Dibarengi Penyediaan Lapangan Kerja

Pembinaan dan pemberian keterampilan bagi para penyandang tunanetra seharusnya juga dibarengi dengan kesiapan pemerintah daerah dengan penyediaan lapangan kerja. Dengan demikian, para penyandang tunanetra yang telah lulus tidak kesulitan dalam mencari pekerjaan.

Ketua Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna Bandung, Dra Hj Maryam Diayo, mengemukakan hal itu di hadapan para peserta "Sosialisasi Program Pembangunan Ke-sejahteraan Sosial" di Bandung akhir pekan lalu. Dijelaskan lebih lanjut, pemerintah daerah janganhanya mengirimkan para penyandang tunanetra untuk mengikuti pendidikan dan pembinaan keterampilan, tapi tidak disertai kesiapan penyediaan pekerjaan.

Akibatnya, menurut dia, banyak lulusan dari Bina Netra Wyata Guna yang "menumpuk" di kota-kota besar saja. "Terutama d.i Bandung sini," ujarnya.


Para penyandang cacat netra, menurut dia, merupakan milik seluruh komponen bangsa. Jadi penanganannya juga merupakan tanggung jawab bersama. Simak [Motivasi] Disabilitas dan Pandangan Masyarakat.

Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna merupakan panti binaan Kementerian Sosial (Kemensos) yang memperoleh tanggung jawab untuk memberikan keterampilan kepada para penyandang cacat netra agar mereka bisa siap dan mandiri terjun di masyarakat.

Para penyandang tunanetra yang belajar di panti tersebut, menurut Maryam, berdatangan dari seluruh penjuru Tanah Air. "Tapi, masalah yang itu tadi, begitu lulus tidak bisa kembali ke daerah asalnya. Sebab, tidak tersedia lapangan kerja," tutur ketua panti tersebut.

Dicontohkannya, penyandang cacat netra yang sudah memiliki keterampilan memijat sajaenggan untuk pulang ke kampungnya. Mereka lebih suka mencari nafkah di. kota-ko ta besar karena bayarannya memadai.

Setiap tahunnya panti yang selalu berisikan 250 anak didik itu bisa meluluskan 50 sampai 60 lulusan. Selain keterampilan memijat, siyatsu, para, peserta didik juga dibekali pula dengan keterampilan mengoperasikan komputer dan broadcast dan juga pembinaan ment.", agar siap untuk terjun ke masyarakat

Yosef Kurnia, seorang peserta didik, mengemukakan, yang paling utama yang diperolehnya selama mengikuti pendidikan di Wyata Guna adalah pembinaan mental. "Saya menjadi netra pada tahun 2008. Saat itu saya sangat down. MentaJ saya jatuh, tidak tahu lagi apa yang harus dikerjakan," tuturnya. v

Namun, begitu masuk ke Wyata Gunapada tahun 2009, sedikit demi sedikit diakuinya, dia mulai kembali mempunyai rasa kepercayaan diri. Karenanya, dia mengimbau agar pe|uang untuk mendapatkan pekerjaan di masyarakat bisa diperluas lagi. Setiap perusahaan, kata dia, wajib menerima penyandang cacat apapun asal berketerampilan untuk ikut bergabung.

"Hal itu harusnya ditaati tiap perusahaan," ujarnya. Memberdayakan Potensi Penyandang Cacat.

Percetakan Braille

Balai Penerbitan

Braille Indonesia (BPBI) Abiyoso merupakan satu-satunya penerbitan yang menerbitkan buku-buku bertuliskan huruf braille. Dari balai tersebut diterbitkan berbagai informasi, cerita, maupun buku bersifat edukasi yang ditujukan untuk para penyandang cacat netra.

Ketua BPBI Abiyoso, Lilit Maskuroh mengatakan, sejauh ini pihaknya masih belum mampu memenuhi kebutuhan buku-buku untuk para penyandang cacatnetra. Saat ini diperkirakan ada sedikitnya 1,3 juta penyandang cacat netra di seluruh Tanah Air. "Tapi, kita baru bisa memenuhi untuk sekitar 2.500 saja," kata dia.

Kondisi ini, menurutnya, disebabkan masih kurangnya tenaga untuk pengetikan huruf braille. Pasalnya, sampai saat ini belum ada perguruan tinggi yang mempunyai jurusan mengenai huruf braille. Akibatnya, tidak ada lulusan yang ahli dalam hal huruf braille. "Padahal, kita butuh banyak tenaga untuk lebih banyak lagi bisa memproduksi buku-buku berhuruf braille," ujarnya.

Sampai saat ini, BPBI Abiyoso baru bisa memproduksi 1.500 eksemplar buku untuk orang dewasa per enam bulan sekali. Untuk buku anak-anak, baru bisa diproduksi 850 eksemplar per enam bulan sekali.

Selain sumber daya manusia (SDM), menurutnya, bahan baku juga menjadi kendala penyiapan buku-buku berhuruf braille. Untuk itu, dia mengetuk nurani berbagai pihak untuk bisa membantu. Dengan demikian, para tunanetra pun mempunyai kesempatan mengembangkan potensi melalui bacaan-bacaan yang bermutu.

Artikel menarik lainnya mengenai: [Motivasi] Disabilitas dan Pandangan Masyarakat.

Update Blog Paling Seru di Malam Hari!

Diberdayakan oleh Blogger.