Tikus berhidung bintang. Begitu ia biasa dikenal. Melansir pemberitaan Discovery Channel, ternyata spesies unik tikus tanah ini dapat bernapas di dalam air. Star-nosed mole memiliki nama latin Condylura cristat. Ia dapat dijumpai di Amerika Utara di bagian timur Kanada dan utara-timur Amerika Serikat. Dia mengandalkan hidungnya yang mirip bintang sebab penglihatannya kurang. Namun, penciumannya bisa menjangkau mangsa sekian mil. Selama ini peneliti mengetahui ia termasuk dalam perenang yang baik dan dapat mencari makanan di sepanjang bagian bawah sungai dan kolam.
2. Proboscis Monkey
Bekantan atau dalam nama ilmiahnya Nasalis larvatus adalah sejenis kera berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan dan merupakan satu dari dua spesies dalam genus tunggal kera Nasalis. Ciri-ciri utama yang membedakan bekantan dari kera lainnya adalah hidung panjang dan besar yang hanya ditemukan di spesies jantan. Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Kera betina lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya. Karena hidungnya inilah, bekantan dikenal juga sebagai monyet Belanda. Dalam bahasa Brunei (kxd) disebut bangkatan. Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75cm dengan berat mencapai 24kg. Kera betina berukuran 60cm dengan berat 12kg. Spesies ini juga memiliki perut yang besar, sebagai hasil dari kebiasaan mengonsumsi makanannya. Selain buah-buahan dan biji-bijian, bekantan memakan aneka daun-daunan, yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna. Ini mengakibatkan efek samping yang membuat perut bekantan jadi membuncit. Bekantan tersebar dan endemik di hutan bakau, rawa dan hutan pantai di pulau Kalimantan. Spesies ini menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon dan hidup dalam kelompok-kelompok yang berjumlah antara 10 sampai 32 kera. Bekantan juga dapat berenang dengan baik, kadang-kadang terlihat berenang dari satu pulau ke pulau lain. Bekantan merupakan maskot fauna provinsi Kalimantan Selatan. Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut, serta sangat terbatasnya daerah dan populasi habitatnya, bekantan dievaluasikan sebagai Terancam Punah di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix I.
3. Tarsier
Tarsius tarsier (Binatang Hantu/Kera Hantu/Monyet Hantu) adalah suatu jenis primata kecil, memiliki tubuh berwarna coklat kemerahan dengan warna kulit kelabu, bermata besar dengan telinga menghadap ke depan dan memiliki bentuk yang lebar. Nama Tarsius diambil karena ciri fisik tubuh mereka yang istimewa, yaitu tulang tarsal yang memanjang, yang membentuk pergelangan kaki mereka sehingga mereka dapat melompat sejauh 3 meter (hampir 10 kaki) dari satu pohon ke pohon lainnya. Tarsius juga memiliki ekor panjang yang tidak berbulu, kecuali pada bagian ujungnya. Setiap tangan dan kaki hewan ini memiliki lima jari yang panjang. Jari-jari ini memiliki kuku, kecuali jari kedua dan ketiga yang memiliki cakar yang digunakan untuk grooming. Yang paling istimewa dari Tarsius adalah matanya yang besar. Ukuran matanya lebih besar jika dibandingkan besar otaknya sendiri. Mata ini dapat digunakan untuk melihat dengan tajam dalam kegelapan tetapi sebaliknya, hewan ini hampir tidak bisa melihat pada siang hari. Kepala Tarsius dapat memutar hampir 180 derajat baik ke arah kanan maupun ke arah kiri, seperti burung hantu. Telinga mereka juga dapat digerakkan untuk mendeteksi keberadaan mangsa. Tarsius adalah makhluk nokturnal yang melakukan aktivitas pada malam hari dan tidur pada siang hari. Oleh sebab itu Tarsius berburu pada malam hari. Mangsa mereka yang paling utama adalah serangga seperti kecoa, jangkrik, dan kadang-kadang reptil kecil, burung, dan kelelawar. Habitatnya adalah di hutan-hutan Sulawesi Utara hingga Sulawesi Selatan, juga di pulau-pulau sekitar Sulawesi seperti Suwu, Selayar, dan Peleng. Tarsius juga dapat ditemukan di Filipina. Di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan, Tarsius lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan "balao cengke" atau "tikus jongkok" jika diartikan kedalam Bahasa Indonesia. Tarsius menghabiskan sebagian besar hidupnya di atas pohon. Hewan ini menandai pohon daerah teritori mereka dengan urine. Tarsius berpindah tempat dengan cara melompat dari pohon ke pohon. Hewan ini bahkan tidur dan melahirkan dengan terus bergantung pada batang pohon. Tarsius tidak dapat berjalan di atas tanah, mereka melompat ketika berada di tanah.
4. White Lion
Pernah lihat singa berwarna putih? Ya, ada lho singa putih itu. Di suaka margasatwa yang terletak di Afrika Selatan terdapat beberapa singa putih. Singa putih ini merupakan sebuah mutasi yang sangat langka yang berasala dari Subspesies Panthera leo krugeri. Tapi, jangan salah sangka karena singa putih bukanlah singa albino! Ternyata warna putih ini dikarenakan oleh gen resesif yang dikenal sebagai warna chinchilla atau inhibitor. Mutasi dari gen tersebut akan memberikan warna putih pada singa ( hal serupa ditemukan juga pada harimau). singa putih tidak dapat menyamar dengan baik di habitat asalnya sehingga mudah terlihat oleh pemburu dan sulit untuk menangkap mangsa karena tidak dapat berkamuflase dengan baik. Namun keberadaan singa putih dipercaya oleh masyarakat setempat adalah mukjizat dari sang Illahi dan bahkan dipuja - puja. Keberadaan singa putih ini menyedot perhatian dunia sekitar tahun 1970 oleh Chris McBride dalam bukunya "The White Lions Timbavati".Dikarenakan populasinya yang sangat sedikit, maka singa putih sengaja dibiakkan di suaka margasatwa.
5. Dumbo Octopus
Gurita dari genus Grimpoteuthis ini, kadang disebut "Dumbo octopuses". Disebut demikian karena telinga mereka menyerupai sirip ikan yang menonjol di kepala mereka. Padahal, sebenarnya keseluruhan kepala adalah badan mereka. Dumbo octopus hidup di kedalaman yang ekstrim. Menurut para ahli, gurita dumbo bisa tumbuh hingga ukuran 20 cm & umumnya berwarna pucat atau kemerahan. Mereka tersebar di seluruh perairan, termasuk di daerah kutub. Umumnya mereka ditemukan di kedalaman antara 100-5000 m, bahkan sempat ditemukan satu spesies di kedalaman 7000 m, suatu rekor untuk Cephalopoda. Mereka yg ditemukan di perairan dangkal ini utamanya hidup di daerah kutub.Sumber